Emptiness. . .
Diposting oleh
Felicia Juliani Leliga
on Selasa, 06 Juli 2010
/
Comments: (0)
Malam ini aku menyusuri jalan di Surabaya dalam perjalanan menuju tempat berduka meninggalnya saudara kakekku. Aku mewakili papaku menghadirinya. Saat sampai disana, aku merasa berada di tempat asing, sebenarnya aku berada di mana keluarga papaku berkumpul. Namun anehnya aku tidak mengenali siapapun di sana. Ketakutan mulai menjalari hatiku. . .
Aku hanya bisa berdiri dan menghubungi papa karena bingung harus bagaimana lagi. Tapi syukur banget aku melihat dua org yg kukenal disana, yaitu Ce2 ku dan temannya. Kemudian aku diajak masuk ke tempat berduka dan aku mulai menghaturkan doa di pelataran berduka. Setelah itu, aku diajak untuk duduk dan menunggu sembari ce2ku sibuk membantu dalam acara berduka disana.
Kemudian aku melihat di sudut kananku, aku melihat disana terdapat banyak keluarga dekat papa, namun tdk satupun dari mrk yang memberikan senyum dan peduli padaku. Aku hanya bisa tersenyum pahit melihat hal itu. Aku bingung apa sebenarnya arti keluarga bagi mereka. Dari kejadian itu aku hanya teringat bagaimana papa begitu sabar menghadapi semua hal tsb, begitu juga dengan mama.
Karena tidak mau larut dalam kesedihan, aku melihat aktivitas yang dikerjakan org2 di tempat berduka tsb. Aku berpikir siapa tahu aku menemukan org yang aku kenal. Tapi sayangnya aku tidak mendapatkan org yang dapat aku ajak berbicara. Aku hanya diam terpana melihat ritual yang dilakukan di depan pelataran berduka tersebut. Ritual tsb dilakukan dalam ajaran agama Buddha. Pertama kalinya aku melihat hal tsb. Melihat kejadian tsb, aku jadi ingat dengan kejadian saat Nenekku pergi tahun lalu, aku hanya isa menangis di kost, tdk dpt melihatnya untuk terakhir kalinya, mengunjunginya pun tdk bisa, berhubung saat itu sedang ujian akhir dan papa mengingatkanku utk belajar serta tdk perlu mengkhawatirkan hal tsb. Namun butuh perjuangan keras dalam menghadapi kesedihanku, melupakannya dan berusaha konsen di semua pelajaran dalam ujian.
Tanpa sadar aku mencucurkan air mata karena mengingat hal itu. Kemudian aku melihat banyak keluarga yang datang bersama yang terdiri dari papa, mama, dan anak. Aku sedih banget, aku teringat aku tidak bisa pulang lagi untuk bertemu dengan keluargaku. Saat hari sabtu, aku makan sendiri, kebingungan mau makan apa. Sedangkan saat di rumah ada keluarga yang menemani makan. Sedih banget. . . Hingga air mata tidak dapat dibendung lagi. Aku akhirnya memutuskan menelepon papa dan mama untuk mengatasi kesedihan dan kesepianku. Namun yang terjadi semakin parah, aku malah menangis saat menelepon haha aku akui sisi melankolisku memang kuat saat menyangkut hal tsb. . .
Tak lama aku memutuskan untuk pulang dan pamit kepada keluarga ce2ku. Kemudian aku disapa dengan keluarga dekat papaku tsb, mereka berkata aku sombong dan yang aku pasti mereka akan menanyakan soal fisik, berat badan, dan yang sering diulang kenapa aku isa kenal baik dgn ce2 dan keluarganya. Huft mereka merasa keberatan aku isa kenal baik dengan ce2ku hanya karena keluargaku adalah keluarga yang sederhana dan tidak sekaya mereka serta karena aku tidak secantik kerabat yg lainnya. Aku tdk hbs pkr knp mrk isa berpkr spt itu. Lebih baik bersyukur akan apa yg mrk punyai daripada mengeritik org lain. Aku lelah dgn hal itu. Dan satu lagi yang ditanyai adalah apakah aku pny pasangan hidup? Pertanyaan yang berbau gosip yang mrk lontarkan. Padahal yang aku inginkan adalah senyuman hangat, sentuhan lembut dan pertanyaan yang berhubungan dengan kabarku. Aku ingin dianggap layaknya keluarga spt yang lainnya juga. Namun kenyataan berkata lain, smua keluarga dkt papa hanya akan berbaik hati 180 derajat saat papa ada ataupun saat ada keluarga ce2ku didktku, mereka bermuka dua.
Aku lelah mengumbar senyum dengan hatiku yang kesakitan oleh kesedihan. . . Tapi hal itu aku lakukan sbg wujud rasa hormatku pada papa. Aku nda mau papa kecewa. Selama kuliah ini juga aku berusaha jadi yang terbaik karena ingin membanggakan keluargaku terutama papa dan mama. Sehingga saat papa dan mama bercerita ttg keluargaku yang walaupun tdk sering pergi luar negeri, tdk sekaya mrk dan aku hanya kuliah di Indonesia, Papa dan Mama dapat bangga punya anak spt aku. Aku berjanji akan melakukan hal itu, aku ingin kerja di luar negeri mewujudkan impianku membanggakan Papa dan Mama. . .
Tuhan bantu aku mewujudkan impianku itu. . . Aku tau ini berat namun aku yakin aku kuat jika berjalan bersamamu. . . Thx God. . . Thx juga Blog uda jadi teman bicaraku setiap saat, karena aku tidak tahu harus berbicara pada siapa lagi. Terasa lebih lega setelah mengeluarkan uneg2 tsb ^_^